
Dewi dengan nama pena Dewi Penyair
Aktif menulis puisi sejak tahun 1996. Karya-karyanya telah diterbitkan dalam antologi puisi: "Dewi Penghitung Bintang" (1997) , "Tetesan Sunyi Sang Bulan" (1998), "Coretan Embun Pagi" (2002), "Tangis dan Doa Setetes Darah" (2004), "Hawa"(2008).
Aktif menulis puisi sejak tahun 1996. Karya-karyanya telah diterbitkan dalam antologi puisi: "Dewi Penghitung Bintang" (1997) , "Tetesan Sunyi Sang Bulan" (1998), "Coretan Embun Pagi" (2002), "Tangis dan Doa Setetes Darah" (2004), "Hawa"(2008).
RITMA JANTUNG KALI INI
ritma jantung kali ini mencepat lebih dari biasanya
saat engkau bicara rasa yang riuh gemuruh dalam dada
menjadikan malam-malam tak mampu didera kantuk
seolah bertalu-talu saat mau bertemu
kata hati menjelma jadi nada-nada tidak biasanya
mimpi dan igauan terus cerita tentang semuamu
duhai engkau
sungguh merimbun rasa ini
membangkitkan segala aroma yang membuatku
mabuk!
( StDay,12 March 2011 )
SEMOGA SELAMANYA AKU
ingatan siang malammu
semoga selamanya aku
demikian aku mau
engkau hidup untuk satu wajah
tiada berpaling
( Maitri, 29 January 2011 )
RINDU HANGAT BIBIRMU
rindu hangat peluk
yang menjadikan malam serupa sorga
bertabur cahaya bintang dan suara senyap malam
seolah berdua saja yang bernyawa
kita bicara tanpa bahasa
habiskan cerita dalam gerak
seperti keindahan malam kota
yang tak cukup terkata dengan kata-kata
dari hangat bibirmu
( CanangaRegency, 29 Desember 2010 )
1 komentar:
Menjadi sabar dan ikhlas memang tak mudah,
tapi itu harus.
Belajarlah untuk menerima
arti kehilangan dan penantian.
| Bagai gema-gema panjang yang berhimpun | | Betapapun juga: ia itu abadi | | Masa yang penuh gairah | | SURAT - SURAT CINTA By; Isbedy Stiawan ZS | | Nenek tua tersandung ke dalam kematian | | Bagai kabut mengambang | | Kabut-kabut hari menimpa senja. | | aku mau hidup seribu tahun lagi! | | aku ini binatang jalang | | Bumi retak-retak berdebu | | Hidup hanya punya dua tiga hari bercinta | | Kami dipisah oleh impian lembut-bercampur-manis | | Pangkat, ganjaran, keharuman nama | | Puisi Duri-duri terkutuk! Semak-semak keparat! | | Mencuci mayat bersimbah darah | | Tak seberapa – tapi segala | | Bila aku nanti jadi petani, | | Pembuktian pada musuh dimedan perang | | Permohonan sebuah boneka | | Saya tidak lebih baik atau lebih jahat dari orang lain | | Puteraku pemuda komunis, anakmu seorang fasis | | Puisi Puteri imperialism | | Angin memecut disimpang jalan | | Seorang burjuis berdiri sendirian. | | Semalam di suatu kampung
Posting Komentar